Pemerolehan Bahasa Kedua dan Implementasinya Terhadap Pengajaran BIPA
I.
PENDAHULUAN
Kondisi saling ketergantungan antara satu negara
dengan negara lainnya menjadikan penguasaan bahasa kedua menjadi sesuatu yang
sangat penting. Kita perlu mempelajari bahasa kedua untuk kepentingan sektor
pendidikan, pariwisata, politik dan ekonomi.
Bukan hanya kita, sebagai bangsa Indonesia saja, yang
berkepentingan untuk mempelajari bahasa kedua. Orang-orang dari negara lain pun
memiliki kepentingan tertentu untuk tujuan tertentu pula untuk menguasai bahasa
kedua yang mereka maui.
Tidak ada yang menyangkal, mempelajari bahasa kedua
tidak semudah mempelajari bahasa pertama. Proses alam sadar yang dilibatkan
dalam pembelajaran bahasa kedua membuat setiap proses pembelajaran menjadi
sulit. Hanya orang-orang yang tekun dan sabar saja yang dimungkinkan untuk
menguasai bahasa kedua dengan baik.
Selain konsep pembelejaran, dikenal juga istilah
pemerolehan bahasa. Bila pemerolehan biasa dikaitkan dengan bahasa pertama,
maka pembelajaran erat kaitannya dengan bahasa kedua yang dipelajari seseorang. Namun,
belakangan muncul pula istilah pemerolehan B2. Istilah ini dihadirkan karena
dalam upaya menguasai B1, seseorang bukan hanya mempelajari, tapi juga
memperoleh.
Bahasa pertama seringkali disamakan dengan bahasa ibu,
yakni bahasa yang dikuasai seseorang sejak lahir secara terwaris. Bahasa ini
dikuasai melalui pemerolehan bahasa secara bawah sadar. Sebaliknya, bahasa
kedua merupakan bahasa yang dipelajari sebagai bahasa asing; dipelajari setelah
bahasa pertama. Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah yang diperoleh sejak
lahir oleh sebagian masyarakat Indonesia. Untuk kasus tersebut, bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua. Namun, saat ini banyak pula anak-anak Indonesia
yang langsung memperoleh bahasa Indonesia sejak lahir sehingga bahasa Indonesia
menjadi bahasa pertama mereka.
Dewasa ini bahasa Indonesia semakin banyak dipelajari
oleh orang asing. Bahasa Indonesia memang bahasa yang tidak asing bagi kita
sebagai bangsa Indonesia. Tidak demikian bagi orang asing, bahasa Indonesia
bisa menjadi bahasa yang sangat asing dan tidak mereka kenali sebelumnya. Oleh
karena itu, kita perlu mengerti kesulitan pembelajar bahasa Indonesia agar
mampu menyeting situasi belajar dengan baik dihubungkan dengan konsep
pemerolehan dan pembelajaran.
Pengajaran BI kepada siswa Indonesia tentu berbeda
dibandingkan pengajaran BI kepada penutur asing yang sering disebut BIPA. Siswa
Indonesia tentunya tidak akan mengalami keterkejutan budaya dalam belajar BI
jika mereka sejak lahir tinggal di Indonesia. Selain itu, pengajaran BI untuk
siswa Indonesia dilakukan secara formal
di sekolah-sekolah. Dengan demikian, siswa yang dihadapi pengajar lebih
bersifat homogen dari segi usia dan kompetensi.
II.
PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
Istilah
pemerolehan bahasa atau language
acquisition biasanya dihubungkan dengan pemerolehan bahasa pertama atau
kedua. Pemerolehan bahasa pertamaadalah proses belajar bahasa yang dilakukan
tanpa disadari. Pemerolehan bahasa terjadi dengan ciri-ciri tidak direncanakan
dan tidak disadari. Hal ini terjadi pada masa kanak-kanak. Ketika kanak-kanak,
orang tua kita tidak pernah menyusun suatu program pengajaran bahasa. Kita
belajar bahasa pertama secara alamiah atau natural. Orang-orang dewasa di
sekitar kita menjadi guru alamiah kita.Mereka akan memberi pujian jika kita
berbicara benar, dan perbaikan jika kita berbicara salah.
Pemerolehan
bahasa dapat diklasifikasikan atas dua golongan, yakni pemerolehan bahasa
pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama berhubungan
dengan segala kegiatan seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Sedangkan
pemerolehan bahasa kedua terjadi setelah setelah seseorang menguasai bahasa
pertamanya. Pemerolehan bahasa kedua ini dapat diperoleh melalui jalur formal
maupun informal. Kegiatan pemerolehan B2 melalui jalur formal ini dapat
dikatakan sebagai pembelajaran bahasa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengajaran bahasa secara alamiah disebut pemerolehan bahasa. Sedangkan
pengajaran bahasa secara formal dengan ciri-ciri: direncanakan, disengaja, dan
disadari dapat disebut dengan istilah pembelajaran bahasa.
Ada Sembilan
hipotesis yang diajukan Stephan Krashen mengenai pemerolehan bahasa kedua
yaitu:
·
Hipotesis
Pemerolehan-Pembelajaran (Acquisition-Learning Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa ada dua sistem belajar bahasa kedua, setiap
sistem terpisah satu sama lain namun saling terkait. Kedua hal tersebut adalahacquired
system dan learned system. Acquired system mengacu
ke proses bawah sadar yang dikembangkan oleh seorang anak ketika belajar bahasa
pertamanya (native language). Selama proses pemerolehan ini biasanya
anak tidak terlalu fokus dengan struktur, tetapi lebih pada meaning. Sedangkan
learned system mengacu pada usaha anak untuk menguasai structure sederhana
bahasa kedua. Biasanya hal ini dilakukan dalam situasi yang formal.
·
Hipotesis
Monitor (Monitor Hypothesis)
Hipotesis ini menjelaskan bagaimana hubungan anatara acquired
system danlearned system tersebut diatas. Acquired
system itu akan bertindak sebagai pengambil inisiatif dalam
performasi. Sedangkan pengetahuan yang didapat dari learned system berperan
sebagai penyunting dan pengoreksi apabila ada kesalahan dalam struktur. Tentu
saja peran learned system sebagai
penyunting akan sukses bila memenuhi tiga macam kondisi berikut: 1). Pemakai bahasa
memiliki waktu yang memadai/tidak terburu-buru. 2). Pemakai bahasa memusatkan
perhatiannya pada language structure
yang diperlukan. 3). Pemakai bahasa mengetahui struktur yang diperlukan pada
saat ia berinteraksi.
·
Hipotesis
Urutan Alamiah (Natural Order Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam proses pemerolehan bahasa anak-anak
memperolehan unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksi
sebelumnya. Urutan yang dimaksud bersifat alamiah, yaitu, melalui empat
tahap: 1. Producing single words; 2. Stringing words together based on
meaning and not syntax; 3. Identifying the elements that begin and end
sentences; 4. Identifying the different elements within sentences and can
rearrange them to produce questions.
·
Hipotesis
Masukan (Input Hypothesis)
Hipotesis ini menerangkan tentang proses pemerolehan bahasa pada pembelajar
bahasa kedua. Pemerolehan itu dapat terjadi apabila masukan (input) itu
dapat dipahami (comprehensible). Comprehensible input itu
bisa didapatkan melalui tuturan dan bacaan yang dapat dipahami maknanya. Untuk
memahami input itu pembelajar bisa dibantu dengan penguasaan tatabahasa yang
telah diperoleh sebelumnya, pengetahuan tentang dunia, penjelasan atau
gambar-gambar dan struktur tersebut dipahami dan bantuan penerjemahan.
·
Hipotesis
Saringan Afektif (Affective Filter Hypothesis)
Hipotesis ini menekankan akan pentingnya faktor dalam diri pembelajar
bahasa (external factors) dalam menyukseskan pemerolehan bahasanya.
Faktor-faktor tersebut yaitu: motivasi (motivation), keyakinan diri (self-confidence),
dan rasa takut (anxiety). Jika pembelajar memiliki motivasi dan
kepercayaan diri yang tinggi maka ia akan memiliki peluang lebih besar untuk
sukses. Sebliknya jika ia masih memiliki rasa takut (anxiety) untuk mengungkapkan
sesuatu yang diperolehnya atau melakukan latihan, maka akan terjadi mental
block (saluran mental yang buntu) sehingga akan menghambat proses pemerolehan
bahasanya. Mental block itu akan menghambat comprehensible input ke dalam Language
Acquisition Device.
·
Hipotesi
Pembawaan (bakat)
Bahasa kedua diperoleh dari pembaawan (bakat), secara tidak langsung
seorang pembelajar bahasa sudah mempunyai pengetahuan awal tentang kaidah pola
ujaran. Kaidah itulah yang memungkinkan seseorang mempunyai tuturan baru.
·
Hipotesis
Sikap
Hipotesis sikap dibagi dua yaitu:
1.
Introvert, adalah orang yang tertutup dalam
pembelajaran bahasa maka dia tidak akan berkembang pemerolehan bahasanya.
2.
Ekstropert, orang yang sikapnya lebih terbuka terhadap
pembelajaran bahasa. Mereka akan lebih cepat dalam pembelajaran bahasa.
·
Hipotesis
Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertamaterjadi apabila sesorang anak manusia semula
tanpa bahasa dan kini mulai memperoleh satu bahasa. Bahasa pertama dikatakan
diperoleh ketika waktu anak-anak.
·
Hipotesi
Variasi Individual dalam penggunaan monitor
Ada tiga tipe pengguna yaitu:
a.
Monitor pemakai pasif (monitor Overusers)
adalah pengguna yang merasa mereka harus “tahu aturan” untuk segalanya dan
tidak sepenuhnya memeercayai kemampuan tat bahsa di dalam bahasa kedua.
b.
Tipe underuser, yang tampak sangat
bergantung seutuhnya pad apa yang bisa “pilih” dari bahasa kedua.
c.
Optimal User dalah pengguna yang
menggunakan pembelajaran sebagai suplemen yang nyata untuk mendapatkan
kemahiran/ penguasan, melakukan pengamatan ketika memang diperlukan dan ketika
menghalangi komunikasi (misalnya menyiapkan pidato dan menulis).
Peran
Pengajaran Formal pada Kesuksesan Pemerolehan Bahasa Kedua
Sampai sejauh ini, penyusun memang tidak menemukan satupun
studi yang menguji efek nyata pada pengajaran formal, yaitu apakah pengajaran
dapat mempercepat pemerolehan pola gramatikal khusus. Juga, seperti halnya
studi yang telah menguji campuran pelajar bahasa kedua (antara lain, mereka
yang menerima ekspresi diri dan pengajaran) juga tidak dapat menjawab apakah
pengajaran formal yang di dalam dirinya lebih efektif daripada ekspresi secara
individu. Tapi bila boleh berhipotesis, penyusun beranggapan pengajaran yang
diseting menyenangkan dan lebih mengutamakan alam bawah sadar akan membantu
pembelajar B2 untuk menangkap konsep B2 yang ia pelajari.
III.
PENUTUP
Simpulan
Bahwa pemerolehan bahasa kedua sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya atau bahasa pertamanya sehingga kecenerungan pembelajar
B2 menimbulkan kesulitan .
Saran
Selanjutnya harus ada uji lapangan,
agar data konkret adanya tidak hanya literatur saja.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003, Psikolinguistik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Muliastuti, Liliana. 2009. Prinsip-prinsip Metode Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Uneversitas
Negeri Jakarta.
Fransori, Arinah. 2010. “Pemerolehan Bahasa Kedua”. nenggelisfransori.wordpress.com. [2
April 2010].
Asih. 2011. “Jawaban
UAS Take Home”. http://asihochanlikeblue.blogspot.com. [12 Januari 2011].
Komentar
Posting Komentar