Analisis Struktural Puisi Penerimaan Karya Chairil Anwar
Analisis struktural puisi adalah
analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu
mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga
berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis struktural meliputi,
struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface structure)
terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret,
gaya bahasa, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure)
terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone),
dan amanat (intention).
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
1. Strukturfisik (surface structure)
a) Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan
baris-baris dalam puisi.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar memiliki
tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari enam bait yang beberapa
baitnya memiliki kesamaan dalam jumlah baris. Jumlah baris untuk tiap bait pada
puisi ini berpola 2-1-2-1. Yaitu dua baris untuk bait ganjil dan satu baris
untuk bait genap.
Chairil Anwar pun menulis puisi ini dengan
konsisten. Yaitu dengan menempatkan huruf kapital pada setiap baris dalam puisi
ini. Namun bila ditikik secara seksama, maka kita akan menemukan keganjilan
dari keputusan menempatkan huruf kapital untuk setiap baris ini. keganjilan ini
terutama terdapat pada baris kedua bait-bait ganjil. Menurut hemat penulis,
makna dari baris tersebut adalah penjelas bagi baris sebelumnya hingga mestinya
huruf kapital tidak diberlakukan. Sepertinya ada makna tersirat dari keputusan
Chairil dalam menulis huruf kapaital di sana. Atau mungkin juga sekedar menjaga
konsistenitas penulisan saja.
b) Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
Dalam puisi Penerimaan ini, Chairil
seperti biasa memilih kata-kata yang sederhana namun indah dan sarat makna.
Pemilihan kata yang Chairil lakukan membuat pembaca sajak ini merasakan dengan
jelas suasana hati Chairil dan membuat puisi ini lebih bernyawa.
c) Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan
imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Dalam puisi ini Chairil Anwar tidak
memunculkan teknik imaji yang dominan. Hanya saja dengan kelebihannya, Chairil
Anwar masih saja mampu membut pembaca merasakan apa yang ia rasakan. Satu baris
yang mungkin masih bisa digolongkan pada pengimajian adalah “Bak kembang sari
sudah terbagi”. Baris ini mengajak kita membayangkan situasi kembang sari yang
telah terbagi.
d) Kata konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll.,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dll.
Dalam setiap penulisan puisinya,
Chairil Anwar selalu memunculkan kata konkret sebagai ciri khasnya. Begitu pula
halnya dengan puisi Penerimaan ini. Kata konkret pada puisi ini terwujud dalam
baris “Bak kembang sari sudah
terbagi” dan “Sedang dengan cermin
aku enggan berbagi”.
Kembang selalu identik dengan
seorang perempuan, namun bukan Chairil Anwar namanya bila ia tidak menjadikan
karyanya berbeda. Maka ia pun menulis kembang sari. Entah apa maksud pemilihan
sari, mungkin karena sari yang ada pada serbuk sari itu mudah sekali terbagi.
Sedangkan cermin adalah sebuah alat
pantul yang merefleksikan diri kita yang nyata. Dalam baris “sedang dengan
cermin aku enggan berbagi”, Chairil menegaskan bahwa dirinya tak mau diduakan
bahkan dengan bayangannya sekalipun.
e) Gaya bahasa
Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias
yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Gaya
bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
Chairil dalam puisi penerimaan ini
mengunakan gaya bahasa simile yang terwujud pada baris kedua pada bait ketiga
“Bak kembang sari sudah terbagi”.
f) Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada
puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu
kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Puisi ini memiliki rima yang
konsisten karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal
hingga akhir. Sedangkan irama yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan
keteguhan hati penyair dalam mempertahankan prinsipnya meski ia telah memberi
kesempatan. Irama yang dihasilkan terkesan biasa saja karena susuanan kata pada
tiap barisnya sendiri tersusun dari kata-kata yang sederhana.
2. Struktur batin (deep structure)
a) Tema (sense)
Media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan. Dalam puisi ini Chairil mengangkat tema percintaan. Yaitu tentang
seorang lelaki yang masih memberi harapan pada perempuan yang dulu pernah
memiliki hubungan khusus dengannya. Ini tergambar dari bait pertama dan kedua.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Sang lelaki menyadari bahwa perempuan
yang masih ia beri kesempatan kembali itu sudah tak sendiri. Maka ia ingin
perempuan itu memutuskan keputusan dengan tegas. Ini tergambar pada lanjutan
syairnya sebagai berikut:
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
b) Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini
penyair merasakan semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan bahwa sang
mantan kekasih akan berpikir dan menimbang penawarannya dengan matang hingga ia
akan kembali padanya.
c) Nada (tone)
Nada (tone), yaitu sikap
penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi Penerimaan ini, Chairil
Anwar menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia
rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih mencintai perempuan yang dimaksud.
Logikanya adalah mana mungkin ia memberikan kesempatan pada perempuan tersebut
untuk kembali bila ia tidak mencintainya! Kemudian ketegasan adalah supaya
perempuan tersebut memilih dengan tegas untuk kembali padanya atau terus
bersama yang lain.
d) Amanat (intention)
Pesan yang ingin disampaikan oleh
Chairil Anwar secara khusus tentu ditujukan kepada sang perempuan. Yaitu agar
ia mempertimbangkan penawaran Chairil dan memutuskan dengan tegas keputusan
yang akan ia ambil. Dan secara umum, Chairil ingin mengabarkan pada seluruh
pembaca, bahwa sosok Chairil adalah sosok yang benci pada hal yang
setengah-setengah. Chairil ingin
mengabarkan pada setiap pembaca sajaknya bahwa dirinya adalah sosok yang tegas
dan menyukai ketegasan.
PENERIMAAN
Oleh: Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Maret 1943
woy dam, mana daftar pustakana????
BalasHapuspoho deui unk!!
Hapus