Contoh Laporan Buku (Media Pembelajaran)

BAB I
PENDAHULUAN
1.                  LATAR BELAKANG
Media merupakan bagian yang penting selain materi ajar dan metode pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu menciptakan dan mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya maupun yang ada di sekitarnya untuk dijadikan suatu media pembelajaran yang baik. Yaitu media pembelajaran yang tidak hanya membantu proses pembelajaran tapi juga menyenangkan bagi para peserta didik.
Media pembelajaran yang monoton tentu akan membuat peserta didik menjadi bosan. Hal ini perlu dihindari karena akan berdampak pada motivasi belajar siswa hingga ilmu yang hendak disampaikan pun akan sulit untuk diterima.
Sudah menjadi tugas pendidiklah berusaha sekuat tenaga untuk mengembangakan media pembelajaran. Dengan media pembelajaran yang variatif dan menyenangkan, diharapkan para peserta didik lebih termotivasi belajar hingga bisa meraih kompetensi yang diinginkan.

2.                  IDENTITAS BUKU
a.       Judul Buku
b.      Penulis
c.       Penerbit / Kota
d.      Tahun terbit
e.       Jumlah Halaman
f.       Cetakan ke
: Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran

: Dr. rer. nat. H. Rayanda Asyhar, M.Si.
: Referensi Jakarta / Jakarta
: 2012
: 201 halaman
: Pertama

3.                  FOKUS BUKU
1.                  Pendahuluan
2.                  Peran dan Fungsi Media Pembelajaran
3.                  Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
4.                  Pemilihan Media Pembelajaran
5.                  Pengembangan Media Pembelajaran
6.                  Pembuatan Media Audio-Visual
7.                  Pembuatan Media Audio
8.                  Pembuatan Modul Ajar
9.                  Disain Bahan Ajar Multimedia


BAB II

KREATIF MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh: Dr. rer. nat. H. Rayanda Asyhar, M.Si.

1.                  Pendahuluan
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi atau pesan dalam interaksi dalam proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran merupakan suatu strategi dalam pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dilandasi oleh aspek sejarah, psikologis, teknologis, dan empirik. Sejarah penggunaan media dalam proses pembelajaran/ pendidikan dapat membantu menjelaskan ide yang abstrak (penjelasan verbal) dan dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap pesan-pesan pembelajaran. Dari aspek psikologis, penggunaan media dalam pembelajaran dapat menyediakan rangsangan bermacam-macam pada peserta didik sehingga melayani kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda pada peserta didik. Dnegna dmeikian, peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar yang optimal. Selain itu, landasan psikologis menyatakan bahwa penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan atau perkembangan peserta didik. Dari aspek teknologis, penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran, pembelajaran lebih mantap, proses pendidikan menjadi lebih langsung, dan akses pendidikan menjadi lebih sama bagi semua peserta didik. Dari aspek empiris, menampilkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar peserta didik dalam menetukan hasil belajar peserta didik. Peserta didik akan mendapat keuntungan yang sifnifikan bila belajar menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya.

2.                  Peran dan Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi juga merupakan strategi pembelajaran. Media memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran, yaitu:
·         Sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung pesan/pengetahuan dari pebelajar kepada pembelajar.
·         Fungsi semantik, yaitu fungsi media dalam memperjelas arti dari suatu kata, istilah, tanda, atau simbol.
·         Fungsi fiksatif, yaitu fungsi media yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau untuk kejadian sehingga dapat digunakan kembali sesuai keperluan.
·         Fungsi manipulatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menampilkan kembali suatu objek atau peristiwa/kejadian dengan berbagai macam cara, teknik dan bentuk.
·         Fungsi distributif, maksudnya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat besar dalam kawasan yang sangat luas.
·         Fungsi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan keterampilan fisik peserta didik.
·         Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan/emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya pikir), fungsi imajinatif, dan fungsi motivasi (mendorong peserta didik membangkitkan minat belajar).
·         Fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat memberikan rangsangan persepsi yang sama kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa fungsi yang ditampillkan media pembelajaran, beberapa manfaat penggunaan media dalam pembelajaran antara lain:
·         Memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto, dan narasumber sehingga peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan kearakteristik masing-msing.
·         Peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran yang sangat berguna bagi peserta didik dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbagai macam, baik dalam pendidikan di masyarakat dan di lingkungan kerjanya.
·         Memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan keryawisata ke pabrik, pusat tenaga listrik, swalayan, bank, industri, pelabuhan, dan sebagainya, sehingga peserta didik akan merasakan dan melihat secara langsung keterkaitan antara teori dan praktik atau memahami aplikasi ilmunya di lapangan.
·         Menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat oleh peserta didik, baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti sistem tatasurya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau masa kejadiannya sudah lama seperti terjadinya perang uhud.
·         Memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber informasi.
·         Menambah kemenarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yan disajikan, sehingga diharapkan eektivitas belajar akan meningkat pula.
·         Merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.
·         Penggunaan media dapat mengingkatkan efisiensi proses pembelajaran, karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di tempat yang berbeda-beda, dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada suatu waktu tertentu. Dengan media, duras pembelajaran juga bisa dikurangi.
·         Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan.

3.                  Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Secara umum ada empat jenis medai pembelajaran, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia.
·         Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, globe bumi, peta, foto, alam sekitar dan sebagainya.
·         Meida audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.
·         Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yan dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
·         Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih ditekankan pada penggunaan berbagai medai berbasis TIK dan komputer.
Penggolongan media pembelajaran didasarkan pada beberapa aspek, yaitu: (1) berdasarkan bentuk dan ciri fisik, (2) berdasarkan tingkat pengalamanbelajar yang diperoleh, (3) berdasarkan persepsi siswa, (4) berdasarkan penggunaannya.
Berdasarkan ciri fisiknya, media pembelajaran dibedakan menjadi empat macam, yakni: media dua dimensi, media tiga dimensi, media pandang diam, media pandang gerak. Sedangkan Gerlach dan Ely (1994) menggolongkannya ke dalam delapan tipe, yaitu: benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, potret diam, film (motion picture), rekaman suara,pengajaran berprogram, dan simulasi (peniruan situasi),
Berdasarkan jenis dan tingkat pengalaman yang diperoleh, Thomas dan Edgar Dale membuat penggolongan media dari yang konkret ke yang abstrak. Penggolongan yang dibuat oleh Dale disusunnya dalam sebuah bagan yang dikenal dengan “Kerucut Pengalaman Dale”.
Berdasarkan penggunaannya, secara garis besar media pembelajaran dibedakan atas dua, yaitu berdasarkan jumlah penggunaannya dan pola penggunannya. Berdasarkan jumlah penggunanya media pembelajaran dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) media pembelajaranyang digunakan secara individual, (2) secara kelompok, (3) secara massal.
Sedangkan dari pola penggunaannya media dibedakan atas dua, yakni (1) media yang digunakan secara konvensional (media sederhana) dan (2) meida kompleks yan digunakan secara modern.
Setiap jenis media memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing, sehingga tidak ada satu jenis media yang cocok untuk semua peserta didik, tujuan, dan materi pembelajaran
4.                  Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup adalah bersifat top down dari atas, misalnya dari Dinas Pendidikan. Sedangkan model pemilihan terbuka bersifat bottom up yang dilakukan pihak sekolah. Prinsip yang harus digunakan dalam pemilihan media pembelajaran adalah kesesuaian, ketersediaan, kemudahan sajian, keterjangkauan, kemudahan akses, teknologi, kebaruan, dan pengorganisasian.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu:
·         Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu pada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·         Dapat mendukung isi pelajaran. Media harus sesuai dengan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedural, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
·         Praktis, luwes, dan tahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.
·         Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
·         Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompik kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
·         Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik. Misalnya, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, seperti visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2003).

5.                  Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan media pemebelajaran sangat penting dilakukan, baik secara individual, bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena ketersediaan media pembelajaran di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan di lembaga-lembaga pendidikan masih sangat terbatas. Di samping itu pemanfaatan media yang ada juag belum sesuai dengan harapan.
Unruk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya diperlukan suatu perancanagn yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontanitas dan asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal harus diperhitungkan, baik menyangkut aspek materi, media, pedagogik, dan sasaran serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut.
Menurut Sadiman, dkk. (2007), perancangan media pembelajaran melalui enam tahap kegiatan, yakni: (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa; (2) merumuskan tujuan pembelajaran; (3) merumuskan butir-butir materi; (4) menyusun instrumen evaluasi; (5) menulis naskah media; (6) melakukan tes/evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan.
Format sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin, dan naratif. Sedangkan media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama, animasi, film dokumenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya, antara lain modul atau buku ajar, buku teks, bahan presentasi, dan lain-lain.
Pada media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam pembuatan/produksi program media. Sedangkan pada media berbasis cetakan, naskah adalah bentuk prototipe media itu sendiri. Apapun jenis dan format media pembelajaran yang dikembangkan, memerlukan perancangan yang baik dan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tanpa perancangan yang baik, maka media yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam proses pengembangan, pengembang naskah media perlu memahami berbagai istilah teknis yang sering digunakan terutamauntuk media audio, audio-visual, dan multimedia.

6.                  Pembuatan Media Audio-Visual
Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Di dalam tahap praproduksi khusus untuk media video pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletah pada mulai pencarian ide/ eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran, penentuan materi. Media video/televisi  pembelajaran harus mengacu kurikulum, sedangkan nonpembelajaran bebas. Naskah media video/televisi pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah sinerton dan kartun ditambah ahli psikologi.
Ada beberapa tahap yang harus dipahami kerika kira akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahapan berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handycam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan kalau untuk kualitas siar, maka kita juga harus memakai kamera dan peralatan perekan suara yang sesuai dengan kualitas statsium televisi yang menyiarkan.
Tahapan pascaproduksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media video. Tahap ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami video/televisi. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila sasaran memahami materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka media tersebut dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus tontonan.

7.                  Pembuatan Media Audio
Proses produksi media audio terdiri atas tiga tahapan, yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Media pembelajaran audio harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap praproduksi adalah naskah media audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
Tahap produksi adalah mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan skenario, penentuan pemain, perhitungan biaya, dan proses perekaman suara.
Tahapan pascaproduksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media audio. Tahap pascaproduksi mencakup proses editing, mixing, dan pembuatan master media audio. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami audio. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media audio tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media.

8.                  Pembuatan Modul Ajar
Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:
1.      Self Instructional; yaitu mampu membelajrkan peserta didik secara mandiri. Melalui modul tersebut, seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan dirinya sendiri tanpa tergantung pada pihak lain.
2.      Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi ata subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam suatu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hari-hati  dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3.      Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain ntuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagi media yang berdiri sendiri.
4.      Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan terkologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan tilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya teatap up to date. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5.      User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap insturksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Widodo dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah kegiatan dalam proses penysunan modul sebagai berikut:
1.      Analisis Kebutuhan Modul. Dari hasil analisis akan bisa dirumuskan jumlah dna judul modul yang akan disusun. Dalam analisis kebutuhan, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
a.       Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau silabus.
b.      Mengidentifikasi dan menetukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari kompetensi utama.
c.       Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan.
d.      Menentukan judul modul yang akan disusun.
2.       Penyusunan Naskah/Draft Modul. Tahap ini sesungguhnya merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan, dan pengorganisasian materi pembelajaran, yaitu mencakup judul media, judul bab, sub bab, materi pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang perlu dikuasai oleh pembaca dan daftar pustaka.draft disusun secara sistematis dalam satu kesatuan sehingga dihasilkan suatu prototipe modul yan siap diujikan.
3.      Uji coba. Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan perserta dalam memahami media dan mengetahui efisiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran yang akan diproduksi. Uji coba pertama dilakukan kepada perserta didik  dalam kelompok terbatas, misalnya 5-10 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat serta efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran untuk bahan revisi atau penyempurnaan sebelum diproduksi. Uji coba kedua dilaksanakan pada keompok siswa yang lebih besar (satu kelas).
4.      Validasi. Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapatkan masukan dan persetujuan dari para validator sesuai dengan bidangnya. Masukan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.
5.      Revisi dan Produksi. Masukan-masukan yang diperoleh dari pengamat (observer) dan pendapat para peserta didik merupakan hal yang sangat bernilai bagi pengembang modul karena dengan masukan-masukan tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap media yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul tersebut bisa diproduksi untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna lain.

9.                  Desain Bahan Ajar Multimedia
Bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik dapat mempelajari materi ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif delengkapi dengan kuis untuk latihan. Menggunakan CD interaktif, peserta didik dapat menggunakan secara berulang-ulang, individual atau kelompok hingga materinya dapat dipahami. Peserta didik juga dapat melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui kuis yang disediakan secara interaktif.
Prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis kurikulum, memilih teknologi, merancang desain, menyusun storyboard, dan mengidentifikasi dan mengumpulkan materi.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan tentang pembahasan bab ini adalah sebagai berikut:
·         Media presentasi yang dikembangkan untuk keperluan pembelajaran memiliki ciri yang berbeda dengan media presentasi umum. Salah satun perbedaan itu adalah bahwa media presentasi pembelajaran terikat pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yaitu tujuan yang terkontrol.
·         Karena merupakan sebuah media pembelajaran, maka media presentasi pembelajaran harus dikembangkan secara sistematis sesuai prinsip-prinsip pengembangan instruksional.
·         Media presentasi banyak jenisnya, salah satunya yang dibahas dalam bab ini adalah media presentasi yang dikembangkan dengan program.
·         Microsoft Power Point versi 2013. Kita bisa menggunakan program sejenis lainnya, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.
·         Selain memiliki banyak kelebihan, media presentasi PowerPoint ini juga memiliki kekurangan. Media ini tidak serba cocok untuk semua jenis dan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memahami benar bagaimana karakteristik media presentasi ini.
·         Dengan keberhasilan kita menguasai bab ini, diharapkan kita akan termotivasi untuk mengembangkan kemampuan kita. Masih banyak buku pustaka dan sumber belajar lain yang dapat kita temukan untuk mengembangkan kemampuan kita.
Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti Microsoft PowerPoint, Macromedia Flash, Camtasia Recorder, Goldwave, dan lain-lain. Sebagian di antaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa biaya.
Macromedia Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain.
Camtasia adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith Corporation. Camtasia Recorder adalah abgian dari Camtasia Studio yang berguna untuk membuat record atau rekaman mengenai tampilan pada desktop.

BAB III
ANALISIS
Menurut perhatian saya, buku ini sangat baik dibaca oleh mereka yang mempunyai keinginan untuk menjadi pengajar yang mampu mengembangkan media pembelajaran dengan baik. Buku ini mengupas semua hal yang berkaitan dengan media pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami hingga buku ini terasa ringan untuk dibaca.
Dengan pengalaman yang telah dialami oleh penulis buku ini, bahasan pada buku ini menjadi terasa lebih meyakinkan. Dengan pemaparan yang bersifat luas, buku ini saya rasa sangat layak untuk menjadi referensi bagi mahasiswa, dosen, ataupun praktisi pendidikan lainnya. Maka, oleh karena itu saya sangat menganjurkan buku ini untuk mereka yang mencari sumber rujukan dalam pengajaran ataupun untuk tugas perkuliahan.
Namun meskipun begitu, saya masih mendapati ketidaksempurnaan pada buku ini. Diantaranya adalah kekeliruan dalam ejaan baku dan beberapa pada percetakan. Itu hanya sebahagian hal yang dapat saya temukan dari kekurangan buku ini. Dan sejauh pengamatan saya, buku ini memang banyak bermuatan positif karena tujuan pembuatannya sendiri adalah untuk membantu mereka yang membutuhkan sumber rujukan.
Semoga laporan buku yang saya laporkan ini dapat bermanfaat bagi saya sebagi pelapor dan juga bagi semua yang membacanya.


DAFTAR PUSTAKA

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta

Komentar

Postingan Populer