Ketaatan Kepada Allah

Pernahkah kita memerhatikan awan yang bergelung, langit yang megah, tanah yang terhampar, rumput yang menghijau dan bergoyang ditiup angin? Pernahkah kita merenungi betapa indah semua itu dan betapa luar biasanya segala keteraturan itu? Harus ada suatu kekuatan tak terjangkau akal yang mampu menjadikan semua ada dan menggerakan segala keteraturan di dalamnya bukan? Tapi siapakah Dia? Siapakah yang mampu menjadikan kita merasakan hidup, hadir di dunia? Ia haruslak kekuatan yang Maha Dasyat. Sungguh tidak pantas bila kita mengingkari dan melawan kekuatan besar itu.

Allahlah nama dzat yang agung. Dzat yang menghidupkan dan mematikan kita. Dzat yang mengatur segala yang terjadi di jagat raya. Dzat yang mampu melakukan apapun bila Ia berkehendak. Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
Sebagi pencipta segala sesuatu, Ia memiliki wewenang penuh terhadap ciptaanya. Ia boleh saja mendzolimi dan memperlakukan ciptaannya semau-Nya. Tapi Maha Suci Allah, tidak mungkin Ia melakukan itu. Ia sangat mencintai mahluknya. Ia senantiasa penuhi segala kebutuhan mahluknya. Ia atur sedemikian rupa ciptaanya agar bisa saling melengkapi satu sama lain.
Semua ciptaan harus tunduk pada ketentuan Allah, tiada terkecuali. Allah SWT berfirman dalam surat al-Araf: 57 yang artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Manusia adalah salah satu dari sekian banyak ciptaan Allah. Namun ada yang berbeda dari ciptaan Allah yang satu ini. Manusia diberikan kelebihan oleh Allah dibandingkan mahluk lainnya. Manusia yang dianugerahi akal ini Allah percayai untuk memikul amanah berat menjadi khalifah di muka bumi. Baik buruknya keadaan di muka bumi, mutlak menjadi tanggung jawab manusia.
Sebagaimana ciptaan Allah lainnya, manusia pun diharuskan tunduk dan patuh pada perintah Allah. Sebenarnya, bila dicermati dengan baik, tidaklah Allah meminta manusia untuk tunduk pada perintah-Nya melainkan itu untuk kebaikan manusia secara khusus dan penduduk bumi pada umumnya. Bisa dikatakan demikian karena pada hakikatnya Allahlah yang paling tahu dan mengerti kebutuhan manusia dan apa yang terbaik bagi mereka.
Namun, pada kenyataannya banyak manusia ingkar terhadap perintah Allah. Manusia yang juga dikaruniai nafsu lebih cenderung untuk mengikuti ajakan syetan yang jelas-jelas telah Allah peringatkan sebagai musuh terbesar manusia. Manusia seringkali lupa bahkan melupakan hakikat diri mereka. Mereka lupa bahwa mereka sebenarnya juga ciptaan yang tujuan penciptaannya tidak lain hanyalah untuk beribadah. Manusia seringkali memilih jalan sebenarnya akan menuntun mereka kepada keburukan dan kehancuran. Allah berfirman dalam surat al-Jin: 5 yang artinya:
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.”
Manusia memang senang membangkang, padahal semua itu tidak akan membawa manfaat bagi mereka. Bahkan sekeras apapun pembangkangan manusia, sebenarnya mereka tidak akan mampu untuk membangkang bila tiba saatnya ajal menjemput. Sungguh ironis memang, tatkala manusia dapat berjalan gagah tak takut apapun, mereka harus menyerah pada kematian. Maka sebaik-baik manusia adalah manusia yang senantiasa patuh pada perintah Allah. Dan manusia yang paling cerdas adalah manusia yang senantiasa ingat akan mati.
Marilah kita contoh bapak para Nabi, Nabiyullah Ibrahim AS yang senantiasa tunduk patuh pada Allah meskipun perintah yang diterima sama sekali tidak masuk akal. Nabi Ibrahim adalah contoh sosok manusia yang menyadari sepenuhnya bahwa hakikat manusia adalah hamba. Manusia adalah hamba Allah yang sepatutnya rela melakukan apapun untuk tuannya. Allah SWT menggambarkan betapa patuhnya Nabi Ibrahim dalam surat al-Baqarah: 131 yang artinya:
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam."
Kita juga sepatutnya meniru Nabi Ibrahim. Dalam an-Nur: 51 Allah berfirman:
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang taat pada Allah sepanjang usia kita. Aamiin.

Komentar

Postingan Populer