Contoh Laporan Buku (sederhana)


BAB I
PENDAHULUAN
1.                  LATAR BELAKANG
Bob Sadino adalah contoh wirausahawan sukses yang banyak diidolakan oleh orang yang mempunyai keinginan untuk masuk kedalam dunia wirausaha. Usaha yan dijalankan oleh Bob Sadino berada pada tataran agribisnis yang berkolaboratif. Bob Sadino (BS) dalam membangun agribisnisnya menempatkan petani-petani sebagai “stake holder” dan mengawali dengan lebih memusatkan pada segi bisnisnya dari pada prosuksi “on farm”-nya. Bisnis dulu, baru taninya. Kalau bisnisnya tidak ada prospek, untuk apa menguopayakan produk ‘onfarm” petani. Membangun pasar dari suatu produk merupakan pusat perhatiannya. Dari tuntutan pasar baru diupayakan bagaimana melaksanakan proses produksinyauntuk dapat dicapai dengan saksama.

2.                  IDENTITAS BUKU
a.       Judul Buku
b.      Penulis
c.       Penerbit / Kota
d.      Tahun terbit
e.       Jumlah Halaman
f.       Cetakan ke
: Agribisnis yang Membumi (Kisah Sukses Bob Sadino)
: Sjamsoe’oed Sadjad
: Grasindo / Jakarta
: 2008
: 128 halaman
: tiga


3.                  FOKUS BUKU
1.                  Tahap Beragribisnis
2.                  Manajemen agribisnis
3.                  Proses Agroindustri dan Niaga Produk



BAB II

Agribisnis yang Membumi
(Kisah Sukses Bob Sadino)
Oleh :Sjamsoe’oed Sadjad

1.                  Tahap Beragribisnis
Disadari oleh BS sendiri bahwa langkah agribisnisnya tidak selalu diawali dengan penyusunan rencana bisnis yang rinci. BS mengandalkan keunikannya dalam bisnis dan keberaniannya untuk mengambil suatu keputusan. BS mempunyai gagasan dan kepercayaan diri untuk selalu bisa menawaekan produknya yang baru ke pasar. Dia tidak hnaya berhenti sampai di situ. Bagaimana citra pasar untuk barang yang diperdagangkan selalu menjadi perhatiannya dan bagaimana harus ditanggapi dengan melakukan perbaikan pada produklnya. Semuanya itu dilakukan sambil bisninsnya berjalan. Istilahnya “learning by doing”. Namun, BS memegang teguh pada prinsip bahwa produk yang dihasilkan harus tetap komersial. Produksinya dapat selalu memenuhi permintaan konsumen baik dalam kuantitas maupun kualitas. Dari pengertian demikian BS dalam agribisnisnya memang berpikir dari pasar.
Pasar bagi BS merupakan segala-galanya. Bagi BS pasar harus didekati dengan 3 macam cara yang BS sendiri mengalami. Pertama, memenuhi permintaan pasar. Kedua, memperkenalkan produk baru. Ketiga, yang bergulir begitu saja seperti peluang dadakan.
Kemudian untuk masalah permodalan BS yang bersifat fenomenal demikan memang aga sukar kalau diahadapkan sesaat dengan pihak-pihak yang berfikir sangat teritis berbasis sendi-sendi ilmiah yang tidak empirikal. Dengan keberaniannya dan tekadnya yang kuat BS manghimpun permodalan sendiri untuk berusaha dalam ayam ‘boiler”. BS mempunyai tipe seperti petani yang ingin menjadi orang yangbisa dipercaya. Bukan dipercaya karena ia mempunyai barang yang bisa digunakan, tapi karean ia orang yang bisa diandalkan dlam tepat janji, dan serba tepat pula dalam waktu, dan rencana. Mungkin dengan kekuatan “lobbying”-nya, BS dapat mendekati banyak rekan dan situlah BS bisa membangun permodalan.
Setelah berpikir tentang permodalan, kita berpikir tentang Sumber Daya Manusia (SDM). Hubungan antara BS dengan keryawannya didasarkan pada rasa saling menghargai dan kolegial. Bagaimana bersikap tegas tapi manusiawi, merupakan hubungan yang tetap dijaga secara proporsional sesuai dengan lapisan masing-,masing. Masing-masing komponen dalam agribisnis memiliki hierarki sendiri-sendiri, tetapi antar komponen terjadi hubungan yang setaraf, satu sama lainnya saling merasa adanya ketergantungan. SDM sistem agribisnis dibina untuk menjadi satu “harmonius organized society” yang semuanya berorientasi bisnis. Kunci utama dalam agribisnis adalah bagaimana menggalang komunikasi.
Dari awal bisnisnya dengan komoditi pertanian, BS sudah mengarah pada suatu sistem agribisnis, meskipun itu tidak dilakukan dengan sadar. Bisnisnya selalu berkembang karena dia merupakan tipe orang yang berbudaya industrial.
Dalam agribisnis BS, menyatunya entiti memang selalu dipertahankan dan menjadi “trade mark” bisnisnya. Kem Chick, Kem Food, Kem Farm, menunjukan satunya entity itu. Bahkan BS masih juga menjadi titik sentralnya sampai sekarang. Hal ini memang dapat menjadi kebanggaanya, tetapi disini lain juga menjadi keprihatinannya kalau dia melihat masa depan yang menyangkut proses regenerasinya atau suskesinya.

2.                  Manajemen Agribisnis
Secara tersturktur oraganisasi perusahaan BS diatur sebagai PT yang berdiri sendiri-sendiri bagi Kem Chick, Kem Food dan Kem Farms masing-,masing dengan nama PT Boga Caturrata, PT Kemang Food Industries dan PT Kem Farm Indonesia. Berlindung dalam PT Boga Caturrata bekerja 3 perusahaan, masing-masing PT Lambung Andal, suatu perusahaan Catering, mengelola juga Restoran dan Cafe Bob’s Shashlics, PT Andal Citra Promotion yang mengelola Percetakan dan Majalah Kem Chick World, PT Kemang Nusantara Travel (Kem Travel) yang mengelola agen perjalanan. Di samping semua itu masih ada perusahaan Kem Terigu yang baru didirikan sebaga usalah bakery dan berbagai macam roti yang “fresh from oven” di Kem Chick.
PT Boga Caturrata dalam mengelola toko sualayan Kem Chick mempunyai divisi-divisi: 1. Keuangan; 2. Management of Information System (MIS); 3. Pengadaan; 4. Marketing; 5. Pelayanan; 6. Human Resources Development (HRD). PT Kemang Industries mempunyai divisi-divisi: 1. Produksi; 2. Marketing; 3. Keuangan atau akuntansi; 4. MIS; 5. HRD; dan 6. Maintenance. PT Kem Farm Indonesia memiliki divisi-divisi: 1. Ekspor; 2. Domestic; 3. Administrasi dan keuangan; dan 4. HRD. Masing-masing divisi dikepalai seorang manajer dengan jumlah karyawan seluruh Kem Group tidak kurang dari 1.300 orang.
Ditinjau dari struktur organisasi maupun operasionalnya perusahaan BS sedikit banyaknya merupakan konglomerasi. Dari produk bahan bakunya sampai “outlenya”.

3.                  Proses Agroindustri dan Niaga Produk
BS dengan agribisnisnya tidak seperti yang terjadi pada agribisnis beras. Peran agrobisnisnya menonjol dalam mengarahkan agrobisnisnya berorientasi pasar, sebagai pelantara antara komponen niaga dan komponen “on farm”. Meskipun sebagai perusahaan swasta yang tentunya “profit making”, BS masih mempunyai itikad kuat bagaimana membudayaindustrialkan petani-petani yang bekerja dalam bisnis “on farm”. Industri dalam agribisnisnya seperti hanya untuk menjembatani proses memajukan petani.
Sebagai pelaku agribisnis BS tidak berkecil hati mengadakan “lobbying” kemana-mana dan dia berhasil. DS adalah figur yang percaya dirinya besar, dan disadari sekali oleh DS bahwa harus terjadi suksesi kepemimpinannya dalam agribisnisnya.
Produk petani yang siap diniagakan bukan “farm gate product”, melainkan final industrial product. Dengan paradigma baru demikian, diperlukan pertanian yang mampu berpikir dalam skala bisnis yang tidak kecil. Niaga produk yang berubah dari kebiasaan yang tradisional memerlukan sarana pemasaran yang lebih besar dan lebih berkualitas. kalau produk pertanian masih seperti yang lajimnya ditemui di pasar-pasar tradisional, produk pertanian yang demikian akan kehilangan nilai. Dampak peningkatan pasar tentu bisa kepada peningkatan harga. Petani menjadi lebih rasional dalam bisnisnya karena didorong proses industrial yang telah menjadi tuntunan pasar. Transportasi produk pun menjadi keharusan untuk bisa dikembangkan karena pasar yang berkembang lebih besar dan lebih modern. Pertanian yang sudah menjadi agribisnis demikian menuntut prasarana yang lebih kondusif karena sistim niaganya juga sudah berorientasi mutu yang dibakukan. Khususnya untuk transportasi udara bagi ekspor sayuran separti paprika, broccoli, lettuce ke singapura, biaya dipatok oleh GIA menurut BS masih terlampau tinggi. Pendapatan petani masih sangat kecil. Sebagai perusahaan pemerintah seharusnya bisa membantu petani.
Dalam agribisnis BS terjadi penampungan tenaga kerja cukup banyak di industri, juga di lapangan produksi. Tenaga di pembibitan, tenaga penanam, tenaga permanen, tenaga pemilah, semuanya merupakan kerja baru yang harus diisi akibat perubahan yang terjadi. Umumnya diisi oleh tenaga-tanaga muda dari pedesaan. Fenomena ini berarti memperlebar pembagian keberhasilan akibat meluasnya niaga produk dan meningkatnya mutu produk.


DAFTAR PUSTAKA
Sadjad, Sjamsoe’oed. 2008. Agribisnis yang Membumi, Kisah Sukses Bob Sadino. Jakarta: Grasindo.


Komentar

Postingan Populer